Cerita Rakyat Awang Sukma dan Telaga Bidadari | Kalimantan Selatan
Cari Berita

Advertisement

Cerita Rakyat Awang Sukma dan Telaga Bidadari | Kalimantan Selatan

Monday, January 30, 2023

 



Ada seorang lelaki muda rupawan bernama Awang Sukma yang tinggal di hutan bertelaga jernih, dan hidup seorang diri.Selain berwajah tampan, dia juga mahir meniup suling. Lagu-lagunya dapat menyentuh perasaan siapa saja yang mendengarnya.

Hingga satu hari dia terbangun dari tidurnya, karena terkejut oleh suara hiruk pikuk sayap-sayap yang mengepak. Dia tidak percaya pada pemandangan yang ada di depan matanya. Ada tujuh putri cantik yang turun dari angkasa, dan terbang menuju telaga.  Dari tempat persembunyiannya, Awang Sukma dapat menatap ketujuh putri yang sedang berenang tersebut. Tidak ada satupun dari mereka yang menyadari, jika salah satu dari pakaiannya hilang.

Awang Sukma mengambil dan menyembunyikan pakaian salah seorang putri. Kemudian, dia menyembunyikannya ke dalam sebuah lumbung padi. Putri yang kehilangan pakaiannya adalah putri bungsu yang paling cantik. 

Akibatnya, dia tidak dapat terbang kembali ke kahyangan. Saat dirinya sedang ketakutan dan kesal, Awang Sukma keluar dari persembunyiannya.Dia mengajak si putri bungsu untuk tinggal bersamanya. Karena merasa bahwa putri bungsu itu jodohnya dia pun meminangnya. Sang putri menerima pinangan tersebut, dan menjadi istri dari Awang Sukma, hingga memiliki seorang anak perempuan yang cantik bernama Kumalasari. 

Ketika satu hari Putri bungsu sedang memburu seekor Ayam, tidak sengaja matanya tertuju pada sebuah lumbung padi. Betapa terkejut dirinya saat menemukan pakaiannya kembali. Kemarahan mulai berkecamuk di dalam dirinya, bercampur dengan rasa cinta kepada suaminya. Dengan berat hati, putri bungsu memutuskan untuk kembali ke kahyangan.

Setelah selesai mengenakan pakaiannya, dia menggendong Kumalasari, yang belum genap berusia setahun. Sambil menangis, dia memeluk dan mencium putrinya. Kumalasari pun ikut menangis. Tangis ibu dan anak itu, membuat Awang Sukma terjaga dari tidurnya. Dia terpana ketika melihat sang istri telah mengenakan pakaiannya. Seketika itu pula dia tersadar, bahwa saat perpisahan telah tiba.

Sambil menangis, putri bungsu pun berpesan kepadanya, untuk mengambil tujuh biji kemiri, dan memasukkannya ke dalam bakul, jika Kumalasari merindukannya. Awang Sukma harus menggoncangkan bakul tersebut, sambil melantunkan lagu dengan sulingnya.Hal tersebut adalah satu-satunya cara, agar putri bungsu datang kembali untuk menjumpai anak dan suaminya.

Pesan istrinya itu dia lakukan. Namun, sebesar apapun kerinduannya terhadap sang istri, mereka tidak mungkin bersatu lagi.